Rahim secara bahasa berarti rahmah yaitu lembut dan kasih
sayang. Tarahamal qaumu artinya saling berkasih sayang.
Imam Al-Azhary berkata yang dimaksud dengan firman Allah: "Dan
tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam". (Al-Anbiya': 107) adalah kasih sayang.
Tarahhama 'alaihi berarti mendoakan
seseorang agar mendapatkan rahmat, istarhama berarti memohon-kan
rahmat. Rajulun rahumun (orang laki-laki yang penyayang) dan imra'atun
rahumun (perempuan yang penyayang). Ar-Rahmah fi bani adam,
berarti kelem-butan dan kebaikan hati.
Seseorang dikatakan dekat dengan kerabat apabila dia telah memiliki kasih
sayang dan kebaikan sehingga menjadi betapa baik dan sayang. Abu Ishaq
berkata: Dikatakan paling dekat rahimnya yaitu orang yang paling dekat
kasih sayangnya dan paling dekat hubungan kerabatnya.
Ar-ruhmu dan ar-ruhumu secara
bahasa adalah ka-sihan dan simpati. Allah menyebut hujan dengan nama
rahmat. Ibnu Sayyidih berkata bahwa yang dimaksud dengan ar-rahim dan
ar-rihimu adalah rumah tempat tumbuhnya anak, dan jamaknya arhaam.
Al-Jauhary berkata ar-rahim berarti kerabat.
Imam Ibnu Atsir berkata bahwa dzu rahim adalah orang-orang yang
memiliki hubungan kerabat yaitu setiap orang yang memiliki hubungan nasab
dengan anda.
Imam Al-Azhary berkata ar-rahim adalah hubung-an dekat antara
bapak dan anaknya dengan kasih sayang yang sangat dekat.
Allah Ta'ala berfirman: "Dan bertakwalah kepada
Allah, yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama
lain, dan peliharalah hubungan sila-turrahim." (An-Nisa': 1)
Orang Arab mengatakan: " Saya ingatkan engkau dengan takut kepada
Allah dan hubungan silatur-rahim".
Dalil-dalil
Allah
Ta'ala berfirman: "Dan bertakwalah kepada Allah, yang
dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling memin-ta satu sama lain, dan
peliharalah hubungan silaturrahim." (An-Nisa': 1).
Keluarga adalah pondasi utama terbangunnya se-buah lingkungan masyarakat.
Dan perekat pertama hubungan antar manusia adalah perekat hubungan yang
bernilai rububiyah yang merupakan perekat hubungan yang paling dasar.
Allah memuji hubungan manusia karena ikatan kekerabatan. Maka bertakwalah
kepada Allah yang kamu saling berjanji dan berikrar dengan keagungan
nama-Nya, kamu saling meminta satu sama lain dengan kebesaran nama-Nya dan
kamu saling bersumpah satu sama lain dengan nama-Nya. Tumbuh-kanlah nilai
takwa di antara kalian agar hubungan kerabat tetap bersambung dan
langgeng. Hubungan kerabat adalah hubungan yang sangat penting setelah
hubungan rububiyah dan perasaan takut kepada Allah. Kemudian, takut untuk
memutuskan silaturrahim, selalu memperhatikan hak-haknya, menjaga
kelestarian hu-bungan jangan sampai menghancurkan dan menganiaya
kemesraannya, jangan sekali-kali mencoba mengusik dan menyentuh
keutuhannya. Berusahalah untuk selalu dekat, cinta, hormat dan memuliakan
silaturrahim. Jadikanlah kerinduan dan keteduhan hidup anda di bawah
naungan dan kemesraan silaturrahim, Allah berfirman : "Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan meng-awasi kamu". (An-Nisa': 1)
Dan Allah Ta'ala berfirman: "Dan orang-orang yang
menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mereka
takut kepada Tuhannya". (Ar-Ra'd: 21)
Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan agar kita menyambung
hubungan baik dengan orang faqir, hubungan baik dengan tetangga dan
hubungan baik dengan kerabat dan sanak famili. Apabila manusia memutuskan
apa-apa yang diperintahkan oleh Allah untuk dihubungkan, maka ikatan
sosial masyarakat akan hancur berantakan, kerusakan menyebar di setiap
tempat, kekacauan terjadi di mana-mana dan gejala sifat egoisme dan mau
menang sendiri akan timbul dalam kehidupan sosial. Sehingga setiap
individu masyarakat menjalani hidup tanpa petun-juk, seorang tetangga
tidak tahu hak bertetangga, se-orang faqir merasakan penderitaan dan
kelaparan sendirian dan hubungan kerabat berantakan, sehingga kehidupan
manusia berubah menjadi kehidupan hewani serba tidak berharga.
Dari Anas bin Malik berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Barangsiapa yang senang diluaskan rizkinya
dan ditunda umurnya, maka hendaklah bersilatur-rahim". (Muttafaq
'alaih)
Nasehat-Nasehat
Hiasilah
wahai manusia hubungan kerabatmu dengan ridha Allah, langkah-langkahmu
menuju ke tempat tinggal kerabatmu adalah keberkahan dan derajatmu akan
tinggi di sisi Allah bila engkau melangkahkan kaki untuk bersilaturrahim.
Malaikat rahmah selalu mengiringimu dan merupakan ibadah kepada Allah pada
saat engkau bersilaturrahim serta engkau akan mendapatkan pahala dan
pengampunan dari Allah. Tatkala engkau mengunjungi bibimu yang sedang
sakit berarti engkau telah menghiburnya dan sebagai tanda keberhasilan
dalam mendidikmu.
Saudara laki-laki dan saudara perempuan baik sekandung maupun hanya
saudara sebapak atau seibu, atau sepersusuan, semuanya hendaklah saling
menyayangi, menghormati dan menyambung hubungan kera-bat baik pada saat
berdekatan atau berjauhan.
Hubungan persaudaraan khususnya antara saudara laki-laki dengan saudara
perempuan memiliki sentuhan yang sangat unik yaitu sentuhan batin yang
sangat lembut serta kesetiaan yang sangat dalam dan semakin hari semakin
bertambah subur walaupun berjauhan jarak tempatnya.
Wahai saudariku sekandung, Allah mewasiatkan kepadaku agar aku selalu
menyambung silaturrahim, secara fitrah kita bersaudara dan dengan
Kitabullah kita diperintahkan bersilaturrahim serta Allah mengancam dengan
siksa dan celaka bagi orang yang memutuskan hubungan kerabat.
Dari Jubair bin Muth'im bahwa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Tidak akan masuk Surga orang yang
memutuskan hubungan kerabat". (Muttafaq 'alaih)
Menyambung silaturahim dengan paman dan bibi adalah termasuk bagian dari
silaturrahim, berdasarkan hadits dari Abu Hurairah bahwa Nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apakah kamu tidak
sadar bahwa paman seseorang adalah saudara bapaknya".
Menyambung hubungan kerabat dengan anak pe-rempuan dari saudara perempuan
termasuk bersilatur-rahim dengan ibunya dan demikian pula bersilatur-rahim
dengan saudara perempuan ibu. Dari Barra' bin Azib bahwa Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Saudara perempuan ibu
(bibi) memiliki keduduk-an seperti ibu". (Muttafaq 'alaih)
Dari Ibnu Mas'ud bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Saudara perempuan ibu (bibi) adalah ibu". (HR.
Ath-Thabrani)
Wanita adalah makhluk yang lemah dan menjadi kuat karena dengan adanya
laki-laki. Pada saat saudara laki-laki berkunjung ke rumah saudara
perempuan, maka dia bergembira dan berbahagia dengan kunjungan tersebut.
Suami dan keluarganya juga ikut bergembira, dengan rasa bangga saudara
perempuan tersebut bercerita kepada penduduk kampungnya bahwa saudara
laki-laki tersebut datang berkunjung untuk mengetahui keadaan dan
kesehatannya dan mereka itulah yang menjadi penopang hidupnya setelah
Allah pada saat-saat susah dan kesulitan.
Betapa lezatnya makanan yang datang dari sauda-ra, bapak atau paman serta
betapa berharganya hadiah yang datang dari saudara dan kerabat.
Saudara perempuan tersebut mengungkapkan kegembiraan dengan mengucapkan
semoga Allah melu-ruskan niatmu wahai saudaraku, semoga Allah senantiasa
memberi keselamatan kepada kalian dari setiap musibah, saya sangat
berbahagia atas kehadiran kalian dan saya sangat bergembira dan bangga
dengan kunjungan kalian di hadapan suami saya dan keluarganya. Wahai
saudaraku tatkala kalian masuk ke rumahku seakan ruangan rumahku bercahaya
dan seluruh rahasiaku ingin aku ungkapkan serta keadaanku berubah semua.
Hadiah yang kalian berikan walaupun sederhana akan tetapi sangat berharga
bagiku bukan karena mahalnya akan tetapi pemberian itu dari tangan kalian.
Saya merasa bangga dan mulia dari seluruh manusia di dunia ini.
Wahai saudaraku, kunjungan kalian mendatangkan suasana baru bagi hidupku
dan saya melihat ruangan rumahku seakan semakin cerah setelah kedatangan
kalian. Kegembiraan yang tak mungkin dunia memberikannya kepadaku dan
kebahagiaan seakan aku mampu memeluk bintang gejora. Tidak ada saat yang
paling bahagia dalam umurku tatkala kalian memuliakan rumahku dengan
kunjungan kalian.
Ya Allah saya bersaksi di hadapanMu bahwa sau-dara-saudaraku telah
bersilaturrahim, maka sambunglah ya Tuhan Dzat Yang Maha Penyayang.
Wahai saudaraku, kalian hanya sekedar menunaikan kewajiban dan tugas
kemasyarakatan, tetapi saya berbahagia selamanya yang tidak mungkin
terhargai oleh apa pun.
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah
Ta'ala menciptakan makhluk sehingga setelah selesai menciptakan mereka,
maka rahim berdiri dan berkata: Ini adalah kedudukan yang tepat bagi orang
yang berlindung dari memutuskan hubungan silaturrahim, Allah Ta'ala
berfirman: "Benar, bukankah engkau senang jika Aku menyambung orang
yang menyambung silatur-rahim dan saya memutus orang yang memutuskan
silaturrahim. Dia berkata: "Ya, Allah Ta'ala berfirman: "Itulah
permohonanmu yang Aku kabulkan."
Kemudian
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bacalah
jika kalian mau firman Allah Ta'ala (artinya): "Maka apakah
kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan
memutuskan hubungan kekeluargaan?" (Muhammad: 22)
Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu 'anhu bahwa dia berkata
bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Rahim bergantung di 'Arsy, lalu berkata: "Barangsiapa yang
menyambungku, maka Allah akan menyambungnya dan barangsiapa yang
memutuskanku, maka Allah akan memutuskannya".
Sesungguhnya orang-orang yang berakal dan berfikir serta berhati yang
jernih akan mampu mencerna makna nasihat kebenaran dan kemudian menjadi
peringatan baginya.
Allah Ta'ala berfirman: "Dan orang-orang yang menghubungkan
apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada
Rabbnya dan takut kepada hari hisab yang buruk". (Ar-Ra'd: 21)
Inilah sifat seorang mukmin, setiap apa-apa yang diperintahkan Allah Ta'ala
untuk menghubungkan, maka mereka pun menghubungkan. Mentaati secara
sempurna dan istiqamah di atas kebenaran dan berjalan di atas manhaj
Kitabullah dan sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam akan
mampu menyelamatkan kita dari penyelewengan dan kesesatan.
Orang
yang terbiasa tidak menjaga janji Allah dan tidak istiqamah di atas
jalan lurus sesuai kehendak Allah, maka dia tidak mungkin mampu memegang
janji dan ikatan dengan siapa pun. (Kholid Ar Rasyid)
|
No comments: