
27 Mei pagi 1908, segera setelah wafatnya Al-Masihil Mau'ud Hadhrat
Mirza Ghulam Ahmad pada tanggal 26 mei, telah melahirkan era baru bagi
Ahmadiyah. Di detik-detik menentukan dalam sejarah, Jamaah yang masih
berumur muda menjadi khawatir tentang masa depan Ahmadiyah. Meskipun
banyak orang yang yakin bahwa kewafatan Hadhrat Ahmad akan merupakan
tanda kematian Ahmadiyah. Tetapi dengan berkat dan rahmat Allah taala,
sebagaimana Islam dilindungi oleh Khalifatur-Rasyidin sepeninggal
Rasulullah saw, Allah taala juga memberikan berkat yang sama bagi
Ahmadiyah dalam bentuk Khilafat Ahmadiyah.
![]() |
Hadhrat Hakeem Nuruddin, Khalifatul Masih I ditakdirkan untuk membentuk persatuan yang sangat diperlukan bagi jamaah yang masih rentan. |
Seperti Abu Bakar ra, Hadhrat Hakeem Nuruddin, Khalifatul Masih awwal
ditakdirkan untuk membentuk persatuan yang sangat diperlukan bagi jamaah
yang masih rentan. Semangat yang ada pada waktu itu adalah kebutuhan
akan seorang pemimpin yang bisa memberikan rasa solidaritas, dan menurut
Muhammad Zafrullah Khan, karunia Allah telah diberikan pada Hadhrat
Nuruddin untuk melakukan perannya dengan baik. Pada saat kewafatanya,
pada bulan Maret 1914, Ahmadiyah telah sepenuhnya terjaga dari gangguan
dan disintegrasi. Hadhrat Nuruddin telah meletakkan perhatian khusus
pada pendidikan dan tabligh pesan-pesan Masih Mau'ud melalui pena
(tulisan). Semasa hidup Mirza Ghulam Ahmad, telah diputuskan bahwa hal
yang terpenting dari generasi baru ulama Islam yang akan menggantikan
yang lama adalah melanjutkan penyebaran Islam. Karena itu Khalifatul
Masih I mendirikan departemen ta'lim khusus, Dan pada 1 maret 1909
diletakkan batu pertama bagi Madrasah Ahmadiyah. Meskipun kekhalifahan
beliau relatif singkat, pencapaian pekerjaan-pekerjaan Hadhrat Nuruddin
belum pernah terjadi sebelumnya. Ahmadiyah berani menghadapi 'tantangan'
yang dilemparkan oleh beberapa anggota Ahmadiyah yang terkemuka dan
terus maju ke depan setelah keberhasilan di bawah bimbingan dan
pembinaan dari khalifah pertama.
Hadhrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, Reformer yang dijanjikan
menghadapi penentangan yang bahkan lebih gencar dari Khalifah pertama,
dan hanya beberapa hari sebelum berlalunya Khalifah Pertama, Mahmud
Ahmad merasakan bahaya perpecahan. Banyak yang mengutuk lembaga
khilafat. Ketika beliau terpilih beberapa orang menuduh bahwa pemilihan
adalah hasil dari manuver manusia dan manipulasi. Meskipun menghadapi
beberapa kendala awal, di bawah kepemimpinan dinamis Khalifah, Jamaah
Ahmadiyah berkembang dengan pesat. 52 tahun kekhalifahan beliau penuh
dengan prestasi yang luar biasa, suatu tanda yang menunjukkan
pertolongan Allah. Ahmadiyah telah bersatu di bahwa Khalifah Pertama dan
sekarang waktunya untuk berkembang, pada saat yang sama juga mengatur
departemen internal.
Segera setelah menjadi khalifah beliau mengumumkan bahwa tugas
pertamanya adalah tabligh Islam. Salah satu prestasi yang terbesar
adalah terjemahan Kitab Suci Alquran. Selama kekhlifahan beliau Alquran
diterjemahkan ke beberapa bahasa yang berbeda, dengan konsep
universalitas Islam - agama untuk semua umat manusia - dalam pikirannya,
beliau berkeinginan untuk memperluas aksesibilitas Alquran, sehingga
mereka yang tidak tahu bahasa Arab bisa memahami kemuliaan dan
kebijaksanaan dari Kitab Ilahi dalam bahasa mereka masing-masing.
Sangat luar biasa, pencapaian prestasi yang menakjubkan ini hanya
merupakan puncak gunung es bagi Ahmadiyah. Lebih dari 30 masjid dibangun
hanya di Timur dan Afrika barat saja. Lebih banyak lagi dibangun di
tempat-tempat seperti Washington DC, Hamburg, Frankfurt, Zurich, Den
Haag, London, Denmark dan Swedia selama kekhalifahan beliau. 57
perguruan tinggi dan sekolah dijalankan dengan sukses di berbagai negara
dan 112 surat kabar dan majalah diterbitkan dalam berbagai bahasa
dunia. Salah satu surat kabar tersebut adalah Al Fazl, yang dengan cepat
berjalan dari mingguan ke tiga mingguan dan akhirnya menjadi surat
kabar harian. Sebagai hasil dari kontributor saudara-saudari ahmadi yang
begitu banyak dan dibawah bimbingan editor mereka, Hadhrat Mushlih
Mau'ud, delapan halaman setiap hari telah menjadi sarana untuk
pendidikan moral masyarakat, perkembangan Islam dan pelestarian sejarah
jemaat.
Selain upaya penyebaran Islam, Khalifah II juga mengatur perbaikan
internal yang besar dengan struktur organisasi jemaat. Untuk
mengkonsolidasikan dan mengatur jemaat, beliau mendirikan Anjuman pusat
dan daerah yang diatur sedemikian rupa untuk membuat mereka mampu
memikul tugas dan tanggung jawab jamaah. Organisasi seperti Khuddamul
Ahmadiyah (organisasi laki-laki umur 15-40 tahun), Anshorulah (Laki-laki
umur 40 tahun keatas) dan Lajnah Ima-ullah (Badan Perempuan Ahmadiyah)
didirikan sehingga tarbiyat dapat diberikan berdasarkan badan-badan.
Karena semangat yang membara dari jamaah, banyak hal yang dicapai dan
lembaga khilafat berjaya.
Dengan berlalunya khalifah ke II Ahmadiyah telah bergerak melewati
setiap ancaman lebih lanjut dari perpecahan dalam jamaah. Keseragaman
dan organisasi telah menjadi fokus utama dari khalifah pertama dan
kedua. Sekarang Ahmadiyah memiliki tantangan yang berbeda: 'lautan'
saudara muslim yang belum memiliki pemimpin yang tercerahkan dari
lembaga khilafat. Dengan karunia Allah, kekuatan Ahmadiyah di bawah
kepemimpinan Hafiz Mirza Nasir Ahmad, Khalifatul Masih III tetap
bertahan. Dalam tahun-tahun pertama masa jabatan beliau, Khalifah III
mampu memperkenalkan beberapa proyek baru termasuk Waqf Arzi, yang
diciptakan untuk menggalakkan kegiatan belajar dan mengajar Alquran
serta menanamkan pengetahuan agama untuk anggota lokal Ahmadiyah.
Selanjutnya pada tahun 1965 Khalifatul Masih III mendirikan Yayasan
Fazli Umar untuk mengenang Khalifatul Masih II. Tujuan utama lembaga ini
adalah bantuan dalam pekerjaan penelitian, upaya pertablighan,
pendidikan dan kesejahteraan ekonomi. Selama waktu ini, seruan yang
dibuat Mirza Nasir Ahmad adalah mengumpulkan 2,5 juta rupee sebagai
modal yayasan. Para anggota Ahmadiyah berpartisipasi dalam upaya ini
dengan antusias dan akhirnya terkumpul biaya sampai 5,2 juta rupee pada
tahun 1970. Pengikut Ahmadiyah sekali lagi menampilkan pengabdian setia
ketika Khalifatul Masih III mengumumkan skema untuk pengembangan
aktifitas Gerakan Afrika Barat melalui pembentukan sejumlah sekolah dan
rumah sakit. Skema baru tersebut bernama Skema Nusrat Jehan (nama istri
Masih Mau'ud) dan Khalifah menghimbau kepada anggota Ahmadiyah untuk
mengumpulkan 100.000 poundsterling selama periode tiga tahun. Beliau
juga menghimbau para guru Ahmadi dan dokter untuk menjadi sukarelawan
untuk pelayanan di negara-negara Afrika. Sekali lagi respon anggota
Ahmadiyah dalam memberikan pengorbanan harta serta menjadi relawan
sangat mengejutkan. Sekolah dan rumah sakit didirikan di Nigeria, Ghana,
Liberia, Gambia dan Sierra Leone. Upaya gerakan ini tidak hanya
memberikan pelayanan pendidikan dan kesehatan di daerah terpencil yang
sama sekali tanpa ada fasilitas tersebut, tetapi yang lebih penting
adalah kontak personal para dokter ahmadi dan pekerja lain dengan
penduduk setempat telah terjalin ikatan yang kuat dari persaudaran
internasional. Altruistik alami anggota Ahmadiyah dan dedikasi untuk
semua skema adalah bukti luar biasa kekuatan Ahmadiyah- kekuatan yang
telah dan masih sangat penting untuk menghadapi tantangan yang dihadapi
Ahmadiyah dari Muslim radikal mainstream.
Tidak diragukan lagi, prestasi emas Hadhrat Mirza Nasir Ahmad adalah
bimbingan yang beliau berikan kepada jamaah ketika Pakistan menyatakan
Jemaat Ahmadiyah sebagai "Non Muslim minoritas". Setelah beberapa
kekerasan anti Ahmadiyah terjadi di seluruh negeri, Perdana Menteri
Pakista Bhutto dengan mengambil langkah politik yang menguntungkan, ia
secara paksa menyatakan Ahmadiyah sebagai minoritas melalui legislasi.
Selama itu, bahkan para pemilik toko diminta untuk tidak menjual
persediaan-persediaan yang sangat diperlukan kepada para Ahmadi, dan
sebagai akibatnya, para anggota jemaat tidak diberi kebutuhan dasar
seperti makanan dan minuman. Pada tahun 1974 Ahmadiyah menghadapi
gelombang penentangan kedua dari Anti Ahmadiyah. Selama periode ini
rumah-rumah Ahmadi banyak yang dijarah dan dibakar, para anggota
diboikot dan senjumlah anggota Ahmadiyah dibunuh. Namun demikian,
Khalifah Nasir Ahmad meyakinkan para pengikut Ahmadiyah berulang-ulang
bahwa penentangan ini hanya akan memperkuat keimanan mereka sebagaimana
Rasulullah saw tercinta dan para pengikut beliau yang benar diuji dengan
cara yang sama. Dengan karunia Allah taala jamaah dibawah kekhalifahan
Hadhrat Mirza Nasir Ahmad, Khalifatul Masih III memenuhi semua tantangan
yang berat ini dengan tabah.
Gerakan Ahmadiyah dalam Islam terus menunjukkan kemajuan yang cepat
dibawah kepemimpinan dan bimbingan Khalifah keempat, Hadhrat Mirza Tahir
Ahmad, yang terpilih pada tahun 1982. Ahmadiyah benar-benar tumbuh
secara eksponensial selama kekhalifahan beliau. Lebih dari 5.200 masjid
dibangun di seluruh dunia termasuk di negara-negara seperti Guatemala,
Indonesia, Mauritius, Jerman, Trinidad dan Kepulauan Fiji, sebagai
hasilnya Jemaat Ahmadiyah telah didirikan di 189 negara.
Pada 3 April 1987 Mirza Tahir Ahmad mengusulkan kepada para anggota
Ahmadi untuk mendedikasikan anak-anak mereka guna kepentingan Islam
sebelum mereka lahir. Para anggota Ahmadi antusias menerima inisiatif
ini sejak pertamanya. Pada tahun 2000, 20.515 anak telah terdaftar ke
dalam proyek ini dan jumlahnya meningkat dari hari ke hari.
Ketika mantan diktator terkenal dari Pakistan, Jendral Zia-ul Haq
melarang penerbitan banyak buku, majalah dan surat kabar jemaat, Hahdrat
Mirza Tahir Ahmad meluncurkan Televisi Muslim pertama, Muslim
Television Ahmadiyya (MTA) pada 21 Agustus 1992 dari London. MTA telah
ditonton oleh jutaan orang di lima benua dan begitu leluasa untuk
mengatakan bahwa tidak ada pemimpin dunia yang khutbahnya ditonton
dengan penuh kerinduan dan secara regular oleh para pengikutnya yang
setia. Adalah penting untuk dicatat bahwa khutbah jumat setiap minggu
diterjemahkan secara bersamaan ke dalam enam bahasa. Setahun setelah
berdirinya MTA, Baiat Internasional pertama disiarkan dan sekarang
diselenggarakan setiap tahun selama Jalsah Salanah Inggris pada bulan
Juli. Acara ini disaksikan oleh jutaan anggota di seluruh dunia. Melalui
MTA, suara Ahmadiyah mencapai penjuru dunia karena karena rahmat dan
karunia Allah taala.
Pada tahun yang sama MTA didirikan, Jemaat Ahmadiyah mendirikan
organisasi sosial yang disebut Humanity First, yang merupakan organisasi
kemanusiaan yang memberikan bantuan kepada semua orang tanpa memandang
ras, agama atau politik. Apa yang khusus dari Humanity First adalah
sebuah organisasi sukarela yang bergerak di bidang bantuan bencana dan
pengembangan masyarakat. Tidak satu pun relawan mereka menerima
kompensasi moneter untuk berjam-jam kerja dan pengeluaran pribadi
mereka. Namun organisasi ini telah efektif merespon banyak bencana
termasuk gempa bumi 1999 di Turki, Badai Katrina dan Rita, Tsunami Asia,
Monsoon Bangladesh, Gempa Pakistan dan banyak lagi. Inilah kekuatan
unik yang memungkinkan Humanity First untuk mengarahkan lebih dari 93%
dari seluruh dana yang dihimpun untuk proyek-proyek kemanusiaan yang
mereka kerjakan. Dengan menciptakan sebuah organisasi yang berfokus pada
kebutuhan daripada kebangsaan, kemauan baik dan persaudaraan
dikembangkan antara pemberi bantuan serta penerima bantuan, sehingga
bisa menghilangkan setiap keberatan atau prasangka dari masing-masing
pihak yang memungkinkan. Oleh karena itu Jamaah Ahmadiyah satu langkah
lebih maju di jalan kebenaran.
Dalam menghadapi semangat baru yang makin tinggi di dalam tubuh
Ahmadiyah, pemerintah dan ulama Islam di Pakistan mengadakan gelombang
penentangan lain, berupa pembatasan dan penganiayaan. Kekhalifahan Mirza
Tahir Ahmad menghadapi tingkat baru penentangan baik skala nasional
maupun internasional dan diskriminasi, sampai beliau terpaksa harus
mengungsi dari pakistan. Meskipun menghadapi segala halangan ini,
gerakan Jemaat Ahmadiyah dalam Islam terus menunjukkan kemajuan
signifikan di bidang tabligh, terjemahan Alquran, penerbitan literatur
Islam dan semangat spiritual yang meningkat diantara para anggota
Ahmadiyah.
|
|
Seperti disebutkan sebelumnya, ada banyak kesamaan antara generasi pertama umat Islam dan Ahmadi Muslim. Keduanya telah (dan masih) dianiaya tanpa henti, keduanya memiliki pemimpin yang terpaksa meninggalkan tanah air mereka dan yang paling penting keduanya sangat berkembang dibawah bimbingan lembaga khilafat. Apa yang berbeda adalah ketika pada tahun 2003 Allah tetap memberkati Ahmadiyah dengan institusi Khilafah setelah khalifah keempat. Muslim awal terpaksa kehilangan pembentukan khilafah setelah khalifah keempat, karena mereka mengundang ketidaksenangan Allah. Tidak seperti sebelumnya, pada tanggal 22 April 2003 dengan terpilihnya khalifatul masih V atba Jamaah Muslim Ahmadiyah telah memulai era baru dalam Islam, yang telah membedakan Ahmadiyah dari semua agama lain. Hanya dalam lima tahun masa kekhalifahan, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad telah mencapai banyak hal. Beliau telah memberikan penekanan yang besar pada pembacaan Alquran, karena Alquran adalah pembimbing terbesar Ahmadiyah, sehingga umat Islam bisa sekali lagi meningkatkan standar keimanan dari pendahulu kita. Khalifah juga memberikan bimbingan kepada jamaah dengan kebijaksanaan dan kesabaran saat skeptisisme global yang besar dan permusuhan terhadap Islam. Allah telah menganugerahkan kepada para hambanya dengan memungkinkan mereka untuk berpartisipasi dalam lembaga khilafat.
Filsuf Yunani Aristoteles pernah berkata, "Jika anda ingin mengerti
sesuatu, amatilah awal perkembangannya." Memang begitu halnya, kita
merayakan Yubilium Khilafat, apakah yang lebih baik untuk memuliakan
lembaga yang diberkati ini daripada merefleksikan sejarah emas dan
progressive Ahmadiyah? banyak hal yang telah dicapai dalam 100 tahun
khilafat - saking banyaknya sulit untuk memilih dan memilah skema atau
kejadian yang layak disebutkan. Tentu saja semua pantas dan itulah
mengapa penting untuk diingat bahwa institusi Khilafah bukanlah suatu
bantuan jangka pendek melainkan berkah jangka panjang dengan karunia
yang berlipat ganda. Setiap perayaan Hari Khilafah adalah hari bagi
anggota ahmadi untuk memuji Allah atas apa yang telah dikaruniakan-Nya
kepada kita. Semoga Allah menganugerahkan kepada kita kekuatan untuk
terus berpegang pada tali Allah, sehingga pohon Khilafat yang menjulang
yang terus berlimpah dengan buah-buahnya, insyallah.
"Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dari antara kamu
dan berbuat amal shaleh, bahwa Dia pasti akan menjadikan mereka itu
khalifah di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan khalifah orang-orang
yang sebelum mereka ; dan Dia akan meneguhkan bagi mereka agama mereka,
yang telah Dia ridhai bagi mereka ; dan niscaya Dia akan menggantikan
mereka sesudah ketakutan mereka dengan keamanan. Mereka akan menyembah
Aku, dan mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu dengan Aku. Dan
barangsiapa ingkar sesudah itu, mereka itulah orang-orang yang durhaka.
(An-Nuur:56)
Tinjauan 100 tahun Khilafah Ahmadiyah
Reviewed by HAJIDI
on
October 30, 2012
Rating:

No comments: